Dari Rosok, Kain, Jimpitan Beras: Inisiatif Sanggar Akar Tumbuh untuk Kanal Muda
Donasi dari Akar Tumbuh untuk Kanal Muda |
Rumah joglo sederhana itu berdiri tegak, kokoh menyaksikan nasib. Beberapa anak kecil berlarian di halaman kecilnya. Lalu dari dalam, lukisan-lukisan menempel rapi di dinding. Terlihat juga pajangan tokoh pewayangan dan hasil prakarya kesenian yang berbentuk celengan. Seperti namanya, Akar Tumbuh, proses dan kegiatan yang berjalan di tempat ini sepertinya demikian: mengakar dan bertumbuh.
Edwin, selaku ketua sanggarnya, menyambut baik kedatangan kami. Meskipun memang sudah kenal akrab, dandanannya tak banyak berubah. Ia selalu kenakan celana training dan kaos polos yang santai. Gaya bercandanya menyenangkan. Ia tipikal yang suka blak-blakan dan bercerita banyak. Seketika saja banyak obrolan mengalir begitu saja.
“Kurang lebih dari Tiga hari yang lalu sanggar akar tumbuh membuka poskonya. Kita bikin poster yang disebar di medsos, terus juga kita jagain setiap hari di joglo ini kalau ada yang mau nyumbang. Alhamdulillah, sudah ada beberapa rosok, kain, dan beras yang masuk.”
Terkait rosok, hal ini menjadi salah satu yang dipilih karena Edwin dkk melihat ada potensi dengan barang-barang bekas yang tidak terpakai itu. Situasi pandemi membuat banyak orang berjaga dengan penghidupan ekonominya. Edwin dkk melihat rosok bisa menjadi media yang bisa digunakan dalam pengumpulan donasi sosial. Langsung saja adik-adik sanggar dan kakak-kakak sanggar mencari dan mengumpulkan barang yang tidak terpakai tersebut. Setelah nanti terkumpulkan dalam jumlah banyak, rosok tersebut akan dijual dan hasilnya akan didonasikan untuk donasi kanal muda. Edwin menambahkan, “Biasanya kita gunakan berbagai barang bekas untuk cipta karya seni bersama anak-anak kalau di hari biasa. Kalau sekarang, kita gunakan rosok itu untuk bikin kegiatan donasi.”
Kerajinan wayang oleh Akar Tumbuh |
Kurang lebih lima orang anggota sanggar menjadual masing-masing untuk bertanggungjawab sehari-hari di lokasi. Mereka menerima donasi rosok, beras, kain, dan donasi dalam bentuk lain untuk dikumpulkan. Terlihat beberapa anak begitu bersemangat membawa rosok yang telah mereka kumpulkan menuju sanggar. Dengan tingkah polosnya salah satu dari mereka berkata, “Ini mas, rosok dari aku, kalau besok nemu lagi, aku bawa ke sini. Oh ya, kapan kegiatan sanggar mulai lagi?”. Mereka sepertinya memang menikmati sekali bahkan sudah sangat merindukan kegiatan belajar bersama lagi di sanggar.
Nuansa seni anak-anak terasa kuat di Sanggar Akar Tumbuh ini. Edwin yang berlatar belakang pendidikan kesenian mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu dengan hal itu. Perlahan dan pasti. Sampai hari ini mereka menegaskan banyak tentang kesadaran lingkungan dan solidaritas.
“Ini pertama kalinya saya tergabung dengan kegiatan solidaritas. Saya sebenarnya masih cukup awam, tapi toh apa salahnya untuk terus belajar. Sepertinya juga hal ini bisa memberikan dan menyatukan langkah-langkah kecil yang baik, bersama-sama.”
Akar Tumbuh dalam salah satu kegiatan |
Terhitung sudah berapa kilo rosok terdata oleh sanggar tumbuh. Begitu juga dengan beras, potongan kain, uang, dan donasi mie instan. Jumlah itu tentu saja bisa bertambah nantinya. Edwin dkk pokoknya terus bergiat dalam kegiatan solidaritas sosial bersama ini.
Malam sudah mulai jatuh. Desa Karang Talun Imogiri terasa syahdu dan mendamaikan. Kami akhirnya pamit undur diri untuk kembali ke posko kanal muda. Kendaraan sudah siap melaju. Dari kejauhan, sanggar Akar Tumbuh memang terlihat gagah untuk menghadapi sang waktu. Tabik. (mh)
Kanal Muda. Mengalirkan Kehidupan.